Jakarta -- Bagi sebagian orang, Tunjangan Hari Raya (THR) masih bisa dicicipi di tengah pandemi virus corona. Namun, berbagai pembatasan dan larangan membuat pengeluaran THR akan lebih longgar jika dibandingkan tahun sebelumnya.
Sehingga, pemilik THR bisa mengalokasikan uang tersebut untuk kebutuhan lain seperti investasi.
Perencana Keuangan Finansia Consulting Eko Endarto menyarankan pekerja yang beruntung untuk tak asal tebar rezeki setahun sekali ini.
Eko tak melarang pekerja untuk memanjakan diri dan menggunakan sebagian uang THR untuk hiburan dan belanja. Namun Eko menyarankan untuk mempertimbangkan menabung ke instrumen keuangan.
"Jangan sekaligus melepas uang THR ke pasar keuangan. Tapi uang lebih setelah membayarkan kewajiban rutin seperti cicilan, pembayaran zakat, tagihan listrik dan telepon atau pun belanja pangan bulanan," ujarnya kepada CNNIndonesia, Kamis (14/5).
Sebelum belanja instrumen keuangan, ia menekankan pekerja untuk mencari tahu dan mempelajari opsi instrumen yang ada. Contohnya pun beragam dari saham emiten, deposito jangka pendek dan panjang, reksadana, hingga obligasi.
Sesuaikan pilihan instrumen keuangan yang tepat dengan dompet dan keadaan masing-masing. Untuk mereka yang punya uang lebih, tak memiliki banyak tanggungan, dan berani mengambil resiko bisa mencoba belanja saham atau obligasi jangka panjang.
Apalagi, kini berbagai saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) tengah obral, harga pun murah meriah. Di beberapa sektor seperti properti, perbankan, dan transportasi harga saham kini sedang tak normal (under value). Momentum langka dapat dimanfaatkan untuk memulai investasi.
Namun ingat, jangan asal beli. Cek laporan keuangan emiten bidikan, kenali risikonya, dan kalkulasi ketahanan dompet sesuai dengan target berapa lama uang untuk investasi saham.
Sementara, bagi yang ingin mencoba namun memiliki beban kewajiban yang tak kalah penting, dapat melirik reksadana dan deposito jangka pendek. Risikonya pun terbilang kecil dan tak perlu modal gila-gilaan.
Cari tahu ke bank, aset manajemen, atau penyedia layanan instrumen keuangan lainnya yang melayani pembelian instrumen keuangan dalam jumlah kecil sehingga pekerja muda pun bisa mulai bergeser pundi tabungan ke investasi di pasar modal.
"Kalau tidak punya dana cadangan sebaiknya jangan ke saham dulu. Simpan ke deposito jangka pendek untuk jaga-jaga. Kalau ada dana cadangan, bisa coba reksadana saham," katanya menganjurkan.
Namun, satu yang tak kalah penting sebelum memutuskan untuk berinvestasi, pastikan dana darurat tercukupi. Artinya, pekerja memiliki dana sebesar 3-6 bulan pengeluaran di bawah bantal yang setiap saat dapat digunakan dalam keadaan darurat.
Jika belum memiliki dana darurat, sebaiknya pegang uang tunai (cash) sebab bisa jadi pandemi virus corona berlangsung alot.
Perencana Keuangan Oneshildt Financial Planning Mohammad Andoko menyarankan pekerja untuk berpikir dua kali sebelum membelanjakan uang THR ke barang konsumtif yang sebetulnya bisa ditahan.
Katanya, keinginan tak ada habisnya jika dituruti. Maka itu, tekan keinginan dan gunakan dana yang ada untuk investasi jangka panjang. Di tengah pandemi, ia yakin masyarakat mulai menyadari akan mahalnya kesehatan.
Selain berinvestasi dengan menjaga pola makan sehat, investasi asuransi kesehatan pun tak kalah penting. Meski kerap beban asuransi kesehatan ditanggung oleh perusahaan tempat bekerja, namun ia menyarankan untuk mencari asuransi swasta yang menyediakan layanan lebih menyeluruh.
"Asuransi itu penting banget, baik asuransi jiwa atau kesehatan. Terkait kesehatan ini kita sebaiknya punya asuransi kesehatan sendiri. Kalau BPJS Kesehatan dalam prakteknya agak ribet. Kalau swasta biasanya penanganan lebih cepat, untuk fasilitas lebih baik juga," pungkasnya.
Sumber : cnnindonesia.com