Corona, Moody s Ramal Ekonomi Global Anjlok Kuartal II 2020
26 Maret 2020, 09:00:01 Dilihat: 314x
Jakarta -- Lembaga keuangan internasional Moody s Investor Service memprediksi ekonomi global merosot pada 2020 akibat pandemi virus corona. Penurunan terdalam terjadi pada kuartal II 2020.
"Kontraksi tajam ekonomi global, setidaknya di kuartal kedua, tampaknya akan segera terjadi. Ketidakpastian akan ada setidaknya beberapa bulan," tulis Moody s dalam rilisnya, Senin (23/3).
Proyeksi tersebut diungkap berdasarkan penyebaran pesat virus corona dalam dua minggu terakhir, serta penutupan bisnis yang meluas dan pembatasan perdagangan sebagai langkah memitigasi penyebaran virus di banyak negara.
Menurut Moody s, kebijakan pembatasan akan berdampak besar pada ekonomi jangka pendek. Perekonomian bakal menurun curam di seluruh dunia karena akan melumpuhkan sektor-sektor ekonomi riil yang diperdagangkan maupun yang tidak diperdagangkan.
"Guncangan dapat mengganggu banyak sektor, akan membebani secara tidak proporsional pada sektor transportasi, industri energi, layanan kesehatan, dan layanan konsumen, terutama hotel, restoran, dan rekreasi. Dalam kasus terburuk, seluruh industri bisa hancur" papar Moody s.
Moody s melihat data China yang mulai menunjukkan dampak dari virus corona. Data resmi China menunjukkan penurunan tajam penjualan ritel hingga 20,5 persen, produksi industri turun 13,5 persen, investasi fixed asset turun 24,5 persen serta jumlah pengangguran yang meningkat sebanyak 5 juta orang sepanjang Januari dan Februari.
Sementara itu, gejolak di pasar keuangan terpantau terus berlanjut meskipun terdapat jaminan dan tindakan dari bank sentral global untuk mengurangi likuiditas dan kredit. Moody s pun memproyeksikan penurunan pertumbuhan ekonomi riil AS bakal terjadi pada April hingga Desember 2020, namun berangsur meningkat pada Januari 2021.
Namun, mereka melihat penurunan dari jumlah infeksi virus baru di China berpotensi membangkitkan kegiatan ekonomi di China.
"Tapi proses ini akan lambat, karena banyak pembatasan negara-negara terhadap China serta pembatasan interaksi sosial akan tetap ada untuk mencegah wabah baru. Kami mengharapkan pemulihan terjadi dengan peningkatan output pabrik China," tulis Moody s.
Lebih lanjut, lembaga tersebut merasa kebijakan pemerintah yang kuat dan terarah dapat membatasi kerusakan ekonomi. Kebijakan dengan tujuan mencegah kehilangan pekerjaan dan kegagalan bisnis kemungkinan akan menghasilkan dampak positif dalam jangka panjang.
Respons kebijakan fiskal dan moneter yang efektif pun dinilai penting dalam mencegah pengangguran agar tidak meningkat dengan cepat, sehingga mencegah penurunan ekonomi yang lebih dalam dan lebih lama.
"Kami berharap para pembuat kebijakan menyiapkan langkah-langkah darurat menanggapi krisis keuangan untuk mengurangi dislokasi pasar keuangan yang ekstrem" tulis Moody s.
Sumber : cnnindonesia.com