BI Sebut Kepanikan Investor Bikin Rupiah Nyaris Rp16 Ribu
21 Maret 2020, 09:00:00 Dilihat: 311x
Jakarta -- Bank Indonesia (BI) menyatakan pelemahan nilai tukar rupiah hingga nyaris menyentuh Rp16 ribu per dolar AS pada perdagangan Kamis (19/3) sore, terjadi karena tingginya tingkat kepanikan investor di tengah pandemi virus corona atau Covid-19. Kepanikan terjadi karena ketidakpastian kian tinggi.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan investor panik karena indeks bursa saham di berbagai negara terus melemah. Hal ini selanjutnya meningkatkan premi risiko atas instrumen di pasar keuangan.
"Ini cenderung kepanikan, itu menyebabkan premi risiko tinggi dan berbagai tekanan. Semua negara menghadapi pembalikan modal secara besar pada waktu yang sama," ujar Perry, Kamis (19/3).
Bahkan, menurut Perry, hal ini membuat para investor rela untuk melepas berbagai asetnya di pasar keuangan, mulai dari saham hingga Surat Berharga Negara (SBN), yang diterbitkan pemerintah.
"Saat ini, cash is the king (uang tunai adalah raja), mereka pindahkan ke aset aman," ucapnya.
Kendati begitu, Perry menampik bila hal ini terjadi karena faktor penurunan kekuatan fundamental ekonomi Indonesia. Sebab, kepanikan investor yang menekan kurs rupiah juga terjadi pada mata uang lain.
"Bukan masalah fundamental, bukan masalah ekonomi," tekannya.
Pun begitu, Perry mengklaim BI tidak tinggal diam dengan pelemahan mata uang Garuda dari hari ke hari hingga nyaris Rp16 ribu per dolar AS. Bank sentral, katanya, terus berada di pasar untuk menjalankan tiga aksi intervensi, mulai dari pasar spot, pembelian SBN yang dilepas asing, hingga melalui instrumen DNDF.
"Kami sudah beli Rp195 triliun SBN yang dilepas asing untuk menjaga stabilitas rupiah. Lalu, cadangan devisa masih berkisar US$130,4 miliar," katanya.
Selain itu, BI turut memastikan likuiditas rupiah di perbankan melalui injeksi repo dengan agunan SBN mencapai Rp52 triliun. Tak ketinggalan, BI juga melonggarkan batas pencadangan kas bank di bank sentral berdenominasi rupiah dan valuta asing (valas).
"Dari pelonggaran GWM rupiah akan ada tambahan Rp51 triliun, ditambah Rp23 triliun pada April nanti. Kemudian, GWM valas menjadi 4 persen menambah likuiditas US$3,2 miliar," terangnya.
Terakhir, BI terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Sayangnya, berbagai hal ini rupanya membuat rupiah tetap tidak cukup berdaya di hadapan mata uang Negeri Paman Sam.
Sepanjang perdagangan hari ini, kurs rupiah berada kisaran Rp15.288 sampai Rp15.913 per dolar AS. Rupiah pernah menembus level ini pada saat krisis moneter 1998.
Sumber : cnnindonesia.com